Cara Kerja Busi
dan Perawatannya
Pengertian dan Cara Memilih Busi
Busi
mempunyai arti penting pada mesin bensin seperti pada sepeda motor. Busi
sebagai sumber api untuk terjadinya pembakaran. Pada dasarnya ada tiga komponen
yang menyebabkan terjadinya pembakaran, yakni bahan bakar, oksigen atau udara,
dan panas atau api.
Arus
listrik tegangan tinggi dari distributor menimbulkan (membangkitkan) bunga api
dengan temperature tinggi diantara elektroda tengah dan massa dari busi untuk
menyalakan campuran udara bahan bakar yang telah dikompresikan. Meskipun
konstruksi dari busi sederhana, tetapi busi tersebut beroperasi pada kondisi
yang sangat berat. Temperatur elektroda busi dapat mencapai kira-kira 2000°C
(3632°F) selama langkah pembakaran (kerja), tetapi kemudian akan turun drastis
pada langkah hisap karena didinginkan oleh campuran udara dan bahan bakar.
Perubahan yang sangat cepat dari panas ke dingin tersebut terjadi
berulang-ulang kali pada setiap dua putaran poros engkol.
Lebih
jauh lagi, tekanan di dalam silinder juga bervariasi antara 1 atm (760 mmHg
atau 29,92 inHg atau 101,33 kPa) pada saat langkah hisap, tetapi kemudian naik
menjadi 45 atm pada langkah pembakaran (kerja). Busi harus bisa menjaga
kemampuan penyalaan untuk jangka waktu yang lama, meskipun mengalami
temperature tinggi dan perubahan tekanan, dan menjaga tahanan insulator dari
tegangan tinggi antara 10 sampai 30 kV.
Kondisi
Normal, biasanya warna abu-abu merata atau merah bata dari ujung elektroda
hingga selongsong busi. Jika ada warna abu-abu muda, maka settingan karburator
terlalu irit bensin. Apabila ada warna gelap atau hitam pekat maka menandakan
setingan karburator terlalu boros bensin. Biasanya ujung busi basah, basahnya
ini basah oli bukan bensin. Karena ada yang bocor di mesin, bisa dari ring
piston goyang, bos klep bocor atau oli mesin terlalu banyak hingga seal klep
kalah atau bocor. Oli ini ikut terbakar di ruang pembakaran mesin dan meninggalkan
sisa basah oli. Biasanya pada motor 2-tak disebabkan karena terlalu banyaknya
campuran oli samping. Hal ini disebabkan karena kualitas bahan bakar yang anda
gunakan buruk atau jelek, ada campuran kotoran atau sudut pengapian yang
terlalu maju dan bisa jadi anda salah pilih jenis busi. Busi yang rata, ini
menandakan bahwa businya sudah kebanyakan diamplas jadi sudah abis. Jika
mengalami hal ini, maka hendaknya membeli busi yang baru, karena jika dibiarkan
terus maka dapat merusak mesin motor, cacat atau rusak, artinya bensin yang
digunakan jelek sehingga terjadi gejala detonasi (nglitik) atau jarak elektroda
busi terlalu jauh.
Dari
jenisnya, busi yang beredar dipasaran dibedakan menjadi dua, yakni busi dingin
dan busi panas. Busi dingin adalah busi yang digunakan untuk kendaraan jarak
jauh, sedangkan untuk kendaraan yang beroperasi di dalam kota dipilih busi
panas. Satu merek busi pun tidak lantas bisa digunakan untuk semua sepeda
motor. Busi memiliki seri-seri tersendiri, bisa saja suatu seri dari merek X
lebih unggul, sedangkan untuk seri tertentu merek Y lebih bandel dan tangguh.
Penggunaan busi harus disesuaikan dengan spesifikasi sepeda motor yang
bersangkutan. Dari uji coba yang dilakukan, penggunaan busi yang tidak sesuai
spesifikasi akan berdampak buruk. Beberapa kemungkinan yang terjadi, antara
lain pertama, piston cepat rusak karena kepala busi hangus; kedua, daya yang
dihasilkan sepeda motor berkurang. Percikan api yang dihasilkan oleh busi
sangat berpengaruh pada proses pembakaran yang terjadi di ruang bakar mesin
bensin. Semakin sempurna pembakaran yang terjadi, semakin balk daya mesin yang
dikeluarkan dan gas buangnya juga lebih ramah lingkungan. Hasilnya, selain umur
busi lebih lama, kemampuan mesin pun meningkat. Busi modern dibuat agar lebih
tahan terhadap perubahan jarak (gap) elektrodenya. Ujung elektrode busi semakin
lama akan semakin aus akibat percikan api dan panas saat proses pembakaran di
mesin. Semakin renggang jarak elektrodenya, lompatan api di busi akan semakin
menurun dan akan menurunkan kualitas pembakaran. Untuk memperbaiki kualitas
pembakaran, ada sistem baru yang dikembangkan dan saat ini sudah diterapkan,
yakni penggunaan dua buah busi pada ruang bakar, seperti pada sepeda motor
Bajaj Pulsar DTSi. Penggunaan busi tersebut akan menyempurnakan
pembakaran karena sumber api lebih besar dan lebih banyak sehingga perjalanan
untuk membakar campuran udara bahan bakar di ruang bakar lebih pendek dan
terbakar lebih sempurna. Untuk memilih busi yang sesuai, yang perlu
diperhatikan adalah spesifikasi dan bentuk elektrodenya. Pengalaman dari
pengguna merek tersebut, dan harga juga bisa dijadikan pertimbangan. Bentuk dan
elektrode busi ada dua macam, yaitu elektrode huruf V dan U. Keduanya jelas
berbeda, yang terlihat pada arah dan jumlah inti percikan api. Semakin banyak
inti, akan semakin balk pembakaran yang dihasilkan. Elektrode V cocok untuk
segala jenis mesin. Menurut uji coba yang dilakukan, kendati secara umum
produsen busi mempunyai kinerja maksimum sampai 20.000 km namun yang efisien
hanya 10.000 km. Setelah jarak tersebut, maka kemampuannya akan menurun. Anda
bisa mempertimbangkan apakah masih tetap menggunakan busi itu, tetapi
kemampuannya telah menurun sehingga kinerjanya menurun atau mengganti busi baru
sehingga kinerjanya bisa lebih optimal.
Cara kerja
Busi dapat bekerja jika tersambung ke CDI yang mempunyai tegangan ribuan Volt yang dihasilkan oleh lilitan penyala (ignition coil). Elektron yang terdorong masuk dari lilitan akan menghasilkan perbedaan tegangan antara elektroda di bagian tengah busi dengan yang di bagian samping busi.
Arus tidak dapat mengalir karena adanya bensin dan udara di celah busi, namun jika semakin besar perbedaan tegangan, maka struktur gas di antara kedua elektroda tersebut berubah. Pada saat tegangan melebihi kekuatan dielektrik gas yang ada, maka gas-gas tersebut mengalami proses ionisasi sehingga arus dapat mengalir.
Dengan mengalirnya elektron, maka suhu di celah percikan busi naik drastis. Suhu yang sangat tinggi ini membuat gas yang terionisasi dapat memuai dengan cepat, sehingga terjadi ledakan kecil. Inilah yang disebut percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar atau gundala putra petir.
Busi dapat bekerja jika tersambung ke CDI yang mempunyai tegangan ribuan Volt yang dihasilkan oleh lilitan penyala (ignition coil). Elektron yang terdorong masuk dari lilitan akan menghasilkan perbedaan tegangan antara elektroda di bagian tengah busi dengan yang di bagian samping busi.
Arus tidak dapat mengalir karena adanya bensin dan udara di celah busi, namun jika semakin besar perbedaan tegangan, maka struktur gas di antara kedua elektroda tersebut berubah. Pada saat tegangan melebihi kekuatan dielektrik gas yang ada, maka gas-gas tersebut mengalami proses ionisasi sehingga arus dapat mengalir.
Dengan mengalirnya elektron, maka suhu di celah percikan busi naik drastis. Suhu yang sangat tinggi ini membuat gas yang terionisasi dapat memuai dengan cepat, sehingga terjadi ledakan kecil. Inilah yang disebut percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar atau gundala putra petir.
Perawatan
Jangan
sembarangan pilih busi. Salah-salah, sistem pengapian mesin mobil Anda dapat
terganggu. Misalnya, percikan bunga apinya kecil atau bahkan bunga api tidak
memercik sama sekali. Bisa juga kesalahan memilih busi mengakibatkan timbulnya
gejala knocking (ngelitik).
Dua
hal di atas terkait dengan peran busi dalam sistem pengapian. Bunga api kecil
biasanya karena nilai hambatan busi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pada
sistem pembakaran. Sementara ngelitik muncul biasanya karena pembakaran bahan
bakar dipicu oleh panasnya busi, bukan oleh loncatan bunga api. Jika kondisi
ini dibiarkan, lama-lama akan merusak mesin. Terutama piston dan silinder mesin
yang mengalami keretakan.
Di
buku manual juga diinformasikan kapan waktunya melakukan penggantian.
Penggantian biasanya harus kita lakukan setiap 20.000 km atau sekitar dua tahun
(kecuali busi yang terbuat dari bahan iridium yang tetap bisa tahan sampai
100.000 km). Sedangkan tanda-tanda kapan harus mengganti busi: tenaga mesin
yang terasa kurang (pedal diinjak, tetapi mobil tidak mau lari. Atau, mesin
terasa brebet). Jika busi sudah rusak maka ujung elektrodanya sudah habis
dimakan usia sehingga besi ujung elektrodanya menjadi pendek
Tanda
lainnya adalah mesin susah dihidupkan meskipun kunci kontak berkali-kali
diputar ke posisi “START”. Busi aus yang masih digunakan pastinya juga akan
menghasilkan emisi yang jauh lebih besar, sehingga ketika mengikuti uji emisi,
besar kemungkinan mobil tidak akan lulus uji emisi.
Busi
mudah rusak biasanya karena kesalahan pemilihan busi sesuai spek mesin.
Terdapat perbedaan antara busi dingin dan busi panas, busi dingin bisa
menghantar panas dari ujung busi ke cylinder head sehingga suhu di ruang bakar
lebih rendah dan untuk busi panas bisa menghantar panas lebih lambat sehingga
suhu di ruang mesin pun lebih panas. Busi panas dianjurkan untuk mesin yang
mempunyai suhu pembakaran rendah karena dapat mencegah kerak. Busi dingin
dianjurkan untuk mesin yang bekerja di temperature lebih tinggi, seperti mobil
balap, mesin N/A ataupun force induction.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar